Tangerang Selatan

Menuju Kota dan Harapan Baru

Tak Ada Relokasi Besar-besaran

Posted by kinclonk pada 1 April 2009

JAKARTA, KOMPAS.com – Wakil Presiden Jusuf Kalla menegaskan, pemerintah akan kembali membangun Situ Gintung agar lebih aman bagi warga sekitar dan diharapkan selesai Oktober 2009. Pemerintah memastikan, tidak akan ada relokasi besar-besaran untuk warga yang menjadi korban bencana.

”Tidak akan ada relokasi besar-besaran. Rakyat bisa membangun kembali rumahnya, tetapi harus sesuai dengan tata ruang. Soal tata ruang, pemerintah daerah dan Departemen Pekerjaan Umum yang akan menentukannya,” ujar Kalla seusai rapat koordinasi di Sekolah Polisi Wanita, Pasar Jumat, Jakarta Selatan, Selasa (31/3).

Dalam rapat diputuskan juga bantuan pemerintah kepada keluarga korban. Besar bantuan disesuaikan dengan bantuan pemerintah kepada korban bencana selama ini. Untuk keluarga yang rumahnya hancur atau rusak berat, besar bantuan maksimal Rp 30 juta, rusak menengah maksimal Rp 15 juta, dan rusak ringan Rp 5 juta.

Pembangunan kembali Situ Gintung akan dilakukan Departemen Pekerjaan Umum dengan konstruksi tanggul dari beton agar aman dan tidak berbahaya bagi warga sekitar. Keberadaan situ sebagai kawasan penyangga dipertahankan dengan membuat saluran selebar 5 meter untuk mengalirkan air ke Kali Pesanggrahan.

Daerah sempadan

Menurut Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah, bangunan-bangunan di atas daerah sempadan, atau yang berada kurang dari 50 meter dari titik pasang tertinggi situ, akan direlokasi. Adapun korban bencana yang tinggal di luar garis sempadan disiapkan bantuan perbaikan rumah sesuai ketentuan. Pemanfaatan lahan di kawasan Situ Gintung akan dikembalikan sesuai dengan kebijakan tata ruang yang berlaku. Di antaranya pemanfaatan daerah sempadan Situ Gintung dan sempadan Kali Pesanggrahan. Sesuai dengan peraturan daerah, sempadan tidak boleh digunakan mendirikan bangunan permanen ataupun tempat usaha.

Warga yang sebelumnya bertempat tinggal di daerah sempadan akan direlokasi. ”Konsekuensinya memang harus ada warga yang pindah, tetapi hanya sebagian dan hanya bangunan yang berdiri di daerah terlarang,” kata Atut.

Soal pengungsi, dalam waktu dekat mereka akan dipindahkan. Pemerintah segera memindahkan 650 pengungsi ke Wisma Kertamukti. Lokasi wisma juga tidak jauh dari rumah mereka sebelumnya.

Penjabat Wali Kota Tangerang Selatan M Shaleh menambahkan, kapasitas Wisma Kertamukti sekitar 700 orang. ”Wisma itu sebenarnya masih menjadi sengketa Pemprov Banten dan Pemprov Jawa Barat. Tetapi saya kira Jabar mengizinkan wisma itu digunakan untuk penampungan sementara pengungsi.”

Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) Masitoh mengatakan, pihaknya memberikan waktu satu minggu kampusnya digunakan untuk penampungan sementara.

”Kampus UMJ harus menjalankan fungsi akademik setelah dibersihkan dari lumpur.”

Sementara itu, warga yang kehilangan sertifikat tanah karena bencana, kata Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) Joyo Winoto, bisa mengurus ke BPN terdekat tanpa dipungut biaya. ”Warga pemilik sertifikat tanah yang dipindahkan akan mendapat kompensasi karena hak atas tanahnya diubah karena tata ruang baru,” ujar Joyo.

Tim forensik

Tim Forensik Mabes Polri bekerja sama dengan Polres Metro Jakarta Selatan, kemarin, turun ke lokasi kejadian untuk mencari penyebab runtuhnya tanggul Situ Gintung. Menurut Kepala Satuan Reskrim dan Narkoba Polres Metro Jakarta Selatan Komisaris Dodi Darmawan, selain mencari penyebab longsor, kehadiran Tim Forensik juga untuk mengamankan lokasi bencana.

Hingga Selasa sore, data jumlah pengungsi dan orang yang hilang masih simpang siur. Data di Posko UMJ tercatat hanya tersisa 14 orang yang hilang, sementara di Posko Polda Metro Jaya yang terletak di STIE Achmad Dahlan masih enam orang yang dicari. Keenam orang itu adalah Wulan Megawati (25), Rizki (27), S Gunawan (53), Citta V (11), Burhanudin (40), dan Lala Anggraeni (29).

Namun, menurut Rahmat Salam, Kepala Posko Pusat UMJ, Kelurahan Cirendeu, melaporkan masih ada 14 warga ber-KTP Cirendeu yang belum diketahui keberadaannya. Posko Pusat UMJ masih mencatat 91 laporan warga yang mencari anggota keluarganya. ”Hari ini ada 21 laporan yang menyatakan keluarganya sudah ditemukan,” ujar Rahmat.

Lokasi itu juga diserbu pemulung yang mengais sampah dan reruntuhan. Karena itu, beberapa akses masuk dijaga ketat.

Sementara itu, sesosok jenazah yang ditemukan tim SAR gabungan pencari korban jebolnya tanggul Situ Gintung, hingga Selasa pukul 19.30, masih tertahan di kamar jenazah RS Cipto Mangunkusumo. Tak diketahui mengapa jenazah itu menyasar ke sana karena, sejak kejadian, jenazah korban bencana itu dibawa ke RS Fatmawati.

Ketua Tim Disaster Victim Identification atau DVI fase II (untuk kamar jenazah) dr Aji Kadarmo juga tak mengetahui penyebabnya.

Sesosok jenazah berjenis kelamin perempuan berusia 20-25 tahun dalam kondisi kurang baik lagi itu ditemukan di Kali Pesanggrahan. Tertahannya jenazah itu mengecewakan keluarga korban petaka yang memburu informasi ke kamar jenazah begitu mendengar ada penemuan jenazah.

Pertanyaan senada datang dari Heru, kawan dekat keluarga Oscar Anwar yang bersama mencari istri Oscar, Eti (50). ”Ini aneh kenapa jenazah bisa ke RSCM. Kami tidak mau kalau jenazah keluarga kami dijadikan bahan observasi,” ujar Heru. (INU/KSP/COK/ARN/NTA/TRI/PIN)

Kompas.com, 1 April 2009

Satu Tanggapan to “Tak Ada Relokasi Besar-besaran”

  1. dipa kutangsa said

    Turut Berduka Cita. Cuma usul: Mungkin gak, bekas situ gintung oleh pemerintah setempat dijadikan taman/resapan air dan tetap ada/dibuat situ seperlunya tapi aman/kuat. Menurut saya kalau dibendung lagi & tingginya sama dg buatan belanda, bila air terlalu banyak/tinggi mungkin warga sekitar masih ada yg was was atau trauma terutama saat musim hujan. Trus semoga para korban bisa dapat santunan lebih banyak. Terima kasih

Tinggalkan komentar